Drs. Soeprajitno, M.Pd

Kompetensi merupakan suatu artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang penting dalam mengh artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adapi era pasar bebas, manusia dituntut untuk mampu secara arif menekuni bidang kemampuan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang menghasilkan karya nyata dan laku dijual di pasar (Najlah Naqiyah,2003).. Untuk menuju perbaikan mutu dan kualitas diperlukan keseriusan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang gigih dan kebesaran hati. Sikap setengah hati akan membawa p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada ke artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adaan ragu akan kemampuan diri, sebaliknya komitmen artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang tinggi akan memacu meraih harapan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang nyata. Secara umum hal itu dapat ditempuh dengan belajar untuk menghasilkan lulusan seperti artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang diinginkan. Pikiran artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang berkembang baik, gairah belajar artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang tinggi dan kemampuan memadukan pengetahuan dan kerja keras artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adalah kunci-kunci baru membuka pintu masa depan.
Ada empat gaya belajar artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang dikemukan oleh Anthony Gregore artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang dimuat dalam situs (http://najlah.blogspot.com/2003/02/cara-belajar-revolusioner. html) yaitu (1) sekuensial sekuensial konkrit yaitu mengutamakan realitas sebagai objek untuk memandang sesuatu, (2) acak konkrit yaitu kecenderungan belajar dengan cara bereksprimen, (3) acak abstrak yaitu gaya belajar artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang cenderung memandang dunia dengan perasaan dan emosi untuk merefleksikan dan menemukan pikiran baru dari hasil perenungannya, dan (4) sekuensial abstrak yaitu gaya belajar artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang tidak beraturan dan cenderung mengikuti situasi artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada, untuk itu perlu mempelajari logika untuk menggali kemampuan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang terpendam.
Dari keempat gaya belajar tersebut di atas maka setiap mahamahasiswa mempunyai kecenderungan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang unik dalam memaksimalkan kemampuan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang dimiliki. Semakin kreatif seseorang dalam mencipta, maka belajar cara revolusi menjadi alternatif model pertimbangan. Terlebih p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada situasi pasar global artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang menuntut cepat dalam mengambil keputusan dalam setiap saat. Kecerdasan bisnis untuk tetap bisa survive dengan kompetisi ti artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada batas antar negara memberi peluang bagi mahamahasiswa didik untuk mandiri dalam belajar. Pembatasan wilayah artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang telah terpecahkan melalui media computer dan internet semakin menambah luas jaringan untuk membuka wawasan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang serba baru dengan kecepatan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang tinggi.
Dampak globalisasi membawa keuntungan sekaligus tantangan bagi mahasiswa untuk kreatif menggunakan kesempatan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang tidak diperoleh sebelumnya oleh dosen artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang mengajar. Kesempatan untuk mencari informasi tanpa dosen sangat mungkin dalam kemajuan teknologi artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang serba canggih. Teman bisa berperan sebagai guru, begitupun guru berperan sebagai teman. Mahasiswapun bisa berfungsi sebagai guru untuk orang lain dan dirinya sendiri. Di zaman artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang serba canggih ini, semuanya menjadi mungkin, bukan sekedar impian kosong mewujudkannya. Jasa dan kepribadian serta penalaran merupakan hal artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang dipertaruhkan dalam tuntutan masa sekarang.
Dalam belajar juga selalu tercipta iklim berkompetisi. Itulah sebabnya praktisi pendidikan mengenal apa artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang disebut ranking atau peringkat. Evaluasi atas kemampuan mahamahasiswa juga memungkinkan seseorang meny artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adari akan peringkatnya. Yang berperingkat baik akan berusaha mempertahankannya. Yang masih kurang akan terdorong untuk mengejarnya. Karena iklim inilah maka mahamahasiswa berupaya sebaik-baiknya. Maka mereka pun akan mengalami kemajuan dalam belajar.
Namun demikian, iklim kompetisi juga dapat memberi dampak buruk. Seorang mahasiswa dapat melihat temannya sebagai ancaman atau saingan. Seorang mahamahasiswa dapat bergembira karena nilai temannya tidak sebagus artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang ia peroleh. Bahkan bisa merasa bergembira, sekalipun nilainya A, karena teman-temannya memperoleh nilai C.
Dilema kompetisi semacam ini seringkali tidak hanya terhenti di bangku belajar. Suasana persaingan akan terus terbawa mana kala mereka sudah bekerja. Kompetisi dalam pekerjaan membuat mereka akan berupaya dengan lebih baik dan lebih baik lagi. Penemuan-penemuan dan metode-metode baru bermunculan sehingga dunia pun semakin maju. Namun di sisi lain, tak jarang di dalamnya artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada persaingan-persaingan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang tidak sehat. Orang lain atau kelompok lain dipandang sebagai saingan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang membahayakan dan akhirnya musuh artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang harus disingkirkan. Muaranya artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adalah kepuasan, kemenangan, dan kesejahteraan bagi diri sendiri.
Menurut Johnson & Johnson (1991) artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang dimuat dalam suatu situs http://ehlt.flinders.edu.au/education/DLiT/2002/environs/scott/complern.htm, competive learning digunakan bila mahasiswa ingin mencapai satu tujuan tertentu, dan berharap semua mahamahasiswa artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang lain gagal mencapai suatu tujuan.. Dalam competivie learning hubungan antar pribadi atau individu mahasiswa cenderung untuk saling mengungguli prestasi diantara mereka. Konsep keberhasilan demikian ini merujuk p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada hasil kompetisi darip artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada kerjasama. Keberhasilan masih diorientasikan p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada kemandirian (independence) darip artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada kesalingtergantungan (interdependence). Fenomena seperti ini menjauhkan mahamahasiswa dari semangat kerjasama dan solidaritas sosial, dan akhirnya menjadi sumber peyebab kesenjangan hasil pendidikan yaitu artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang kuat akan berkembang, artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang lemah akan tertinggal.
Oleh karena itu, pembelajaran artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang berbasis kompetisi, perlu diimbangi dengan pembelajaran berbasis kolaborasi. Pembelajaran berbasis kolaborasi mengembangkan kemampuan mahamahasiswa untuk belajar meny artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adari artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adanya kesalingtergantungan, kes artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adaran untuk berperanserta, bekerjasama, saling menghargai antara sesama dalam semua kegiatan.
Johnson& Johnson, (1991) memberikan beberapa kritik tentang competive learning diantaranya : (1) hanya artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada satu pemenang, semua lain para mahasiswa harus gagal, (2) keberhasilan dihubungkan ke tingkatan ketertarikan tinggi, , egoisme dan agresi, (3) keberhasilan terk artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adang dibarengi dengan penipuan, (4) bertentangan dengan kapasitas ke pemecahan masalah. Untuk memecahkan atas kritik tersebut menurut Johnson& Johnson, (1991), para dosen harus mengidentifikasi apa menyebabkan bahwa suatu aktivitas kompetisi dapat bersifat membangun atau bersifat merusak. Saran-saran dimaksud artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adalah sebaagai berikut:
- Kelompok atau individu dapat diatur berdasarkan hubungan antar pribadi. Ini artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adalah satu strategi untuk memaksimalkan banyaknya pemenang kelas
- Belajar kompetitif artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adalah paling sesuai ketika para mahasiswa harus meninjau ulang materi artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang telah dipelajari. Ini membypass kebutuhan ke pemecahan masalah terh artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adap materi peljaran artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang baru
- Intergroup kompetisi dapat dilihat sebagai suatu strategi persaingan dengan memaksimalkan banyaknya pemenang. Adalah penting juga untuk memastikan pengelompokan homogen untuk memaksimalkan kesempatan memenangkan untuk semua kelompok, dan
- Pengelompokan mahasiswa secara homogen memberi peluang p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada kelompok artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang berkompetisi menjadi jarang bertemu. Oleh karena pengelompokan secara heterogen mungkin menjadi alternatif agar suana kelas tetap kondusif. Jika guru salah menerapkan strategi pengelompokan tertentu tidak menutup kemungkinan kelompok tertentun akan menabrak kelompok/individu lainnya (Johnson & Johnson, 1991). Mengatur kelompok dari mereka artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang memiliki kemampuan paling tinggi ke paling rendah memberi peluang untuk terciptaanya kerjasama. Kemudian melalui kompetisi hubungan antar pribadi dalam para mahasiswa diatur secara rotasi. Anggota artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang paling rendah kemampuannya kemudian dirotasi naik tingkat kep artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada kelompok artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang lebih tinggi, dan anggota diatur artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang paling tinggi dipindahkan hingga menuju ke suatu kelompok artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang lebih rendah.
- Competitive learning dapat juga dijadikan suatu aktivitas kerjasama ketika para mahamahasiswa merumuskan istilah dan peraturan tentang kontes, memberi mereka kepemilikan aktivitas ( Johnson& Johnson,1991).
Temuan lain menunjukkan bahwa competitive learning akan membawa pengaruh artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang positif terh artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adap belajar jika mahasiswa melalukan aktivitas belajar berkaitan dengan belajar artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang mengandung unsur kerja/melakukan, penampilan fisik, dan hal artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang dihubungkan dengan kemampuan mahasiswa. Mahasiswa semakin semangan berkompetisi ketika melihat diri mereka, semakin besar semakin kemungkinan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang mereka akan merasakan hal positif mengagumi diri sendiri dan mereka akan bertindak secara sosial sesuai dengan cara artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang mereka inginkan. Wanita lebih menyukai aktivitas tidak kompetitif, Sedangkan pria lebih menyukai aktivitas kompetitif.
Bagaimana pandangan Anda ?
0 komentar:
Posting Komentar